Senin, 07 September 2009

GURU PERLU INOVATIF

BAB I PENDAHULUAN
Seiring dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru tidak perlu lagi harus berceramah dan menjejalkan banyak teori kepada siswa didik. Bukan saatnya lagi anak diperlakukan seperti wadah kosong yang hanya sekadar menjadi penampung ilmu. Peserta didik perlu diperlakukan secara utuh dan holistik sebagai manusia-manusia pembelajar yang akan menyerap pengalaman sebanyak-banyaknya melalui proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Oleh karena itu, pembelajaran harus didesain sedemikian rupa hingga mampu memberikan gambaran bagaimana pesertadidik dapat berinteraksi dengan sesamanya.
baca selengkapnya

Pada saat guru berada dalam kelas, di situlah sang guru akan menjadi pusat perhatian peserta didiknya. Segala aspek yang ada pada guru mulai dari penampilan fisik, cara bicara, kedisiplinan dan kepribadian akan menjadi perhatian murid. Di mata murid, guru seolah-olah diposisikan sebagai pribadi perfect yang tidak punya cacat dan cela.
Harus diakui tugas guru memang berat. Mereka tidak hanya dituntut untuk melakukan kegiatan fisik dalam bentuk kegiatan mengajar, tetapi juga harus melakukan kegiatan nonfisik, yakni mendidik; mewariskan, dan menyemaikan nilai-nilai luhur hakiki kepada siswa didik. Ini jelas tugas dan amanat yang amat berat ketika nilai-nilai yang berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat sudah demikian jauh merasuk dalam dimensi peradaban yang chaos dan kacau.
Ketika guru menyatakan bahwa korupsi itu haram dan melawan hukum, tetapi apa yang dilihat oleh anak-anak dalam praktik kehidupan sehari-hari? Ya, mereka bisa dengan mudah menyaksikan dengan mata telanjang betapa nikmatnya hidup menjadi koruptor. Hukum menjadi tak berdaya untuk menjerat mereka. Bahkan, mereka bisa bebas melenggang pamer kekayaan di tengah-tengah jutaan rakyat yang menderita dan terlunta-lunta akibat kemiskinan yang menggorok lehernya.
Ketika guru mengajak anak-anak untuk melestarikan dan mencintai lingkungan hidup, apa yang mereka saksikan? Ya, para pembalak dan preman-preman hutan ternyata juga setali tiga uang. Hukum seolah-olah telah lumpuh dan tak sanggup menjamah mereka. Nilai-nilai luhur hakiki yang disemaikan di sekolah benar-benar harus berhadapan dengan berbagai “penyakit sosial” yang telah hidup dan berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Lalu apa yang harus akan dilakukan oleh guru? Jawabannya adalah guru perlu melakukan inovasi dalam pembelajaran di kelas.
Atas dasar latar belakang di atas penulis akan menguraikan tentang inovasi bagi guru dalam pembelajaran untuk menciptakan atmosfer yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian-Pengertian
Inovasi
Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah era dimana banyak inovasi-inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.
Difusi
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.
B. Karakteristik Inovasi
Penerimaan inovasi oleh masyarakat luas sangat dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Everett M. Rogers mengemukakan ada lima karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi cepat lambatnya inovasi, sebagai berikut ;
1. Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya.
2. Kompatibel ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima inovasi
3. Kompleksitas ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima.
4. Trialabilitas ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima
5. Dapat diamati ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi.
C. Unsur-Unsur Difusi Inovasi
Proses difusi inovasi melibatkan empat unsur utama, meliputi 1) inovasi; 2) saluran komunikasi; 3) kurun waktu tertentu; dan 4) sistem sosial.
Komunikasi dan Salurannya
Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diunkapkan sebelumnya bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian, esensi dari proses difusi adalah pertukaran informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang atau beberapa orang lain. Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi: 1) inovasi itu sendiri; 2) seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman dalam menggunakan inovasi; 3) orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi; dan 4) saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi tertentu.
Sementara itu, saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1) saluran media massa (mass media channel); dan 2) saluran antarpribadi (interpersonal channel). Media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. Sedangkan saluran antarpribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu.
Waktu
Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal: 1) proses keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi; 2) keinovativan individu atau unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter awal atau akhir); dan 3) rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu.
Sistem Sosial
Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem sosial. Sistem sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi.
D. Penerimaan sebuah Inovasi
Penerapan KTSP di sekolah merupakan sebuah inovasi dalam dunia pendidikan di Indonesia yang telah melalui tahap-tahap di mulai dari sosialisasi hingga evaluasi dan monitoring.
Sikap guru di sekolah-sekolah menanggapi KTSP sangat beragam dalam hal memandang KTSP sebagai sebuah inovasi. Sehingganya pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan tidak henti-hentinya melaksanakan kegiatan bimbingan atau workshop tentang KTSP. Sebagai sebuah inovasi “KTSP” akan selesai sosialisasi dan bimbingan, ketika KTSP telah menjadi sebuah rutinitas yang dilaksanakan di sekolah-sekolah.

E. Implementasi KTSP sebagai sebuah inovasi
Kalau proses pembelajaran berlangsung monoton dan seadanya; guru cenderung bergaya indoktrinatif dan dogmatis seperti orang berkhotbah, upaya penyemaian nilai-nilai luhur hakiki sepertinya akan sulit berlangsung dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Apalagi, kalau anak-anak hanya diperlakukan sebagai objek yang pasif, tidak diajak untuk berdialog dan berinteraksi. Maka, kegagalan penyemaian nilai-nilai luhur kepada siswa didik hanya tinggal menunggu waktu. Dalam konteks demikian, guru perlu mengambil langkah dan inisiatif untuk mendesain proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. KTSP sangat leluasa memberikan kesempatan kepada guru untuk menerapkan berbagai gaya dan kreativitasnya dalam kegiatan pembelajaran.

Para murid juga perlu dibiasakan untuk berbeda pendapat sehingga mereka menjadi sosok yang cerdas dan kritis. Melalui suasana pembelajaran yang kondusif dengan memberikan kesempatan kepada siswa didik untuk bebas berpendapat dan bercurah pikir, guru akan lebih mudah dalam menyemaikan nilai-nilai luhur hakiki. Dengan cara demikian, peran guru sebagai agen perubahan diharapkan bisa terimplementasikan dengan baik.

BAB III KESIMPULAN

1. Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan dan kebutuhan peserta didik maka guru dituntut untuk dapat melakukan inovasi dalam pembelajaran. Dengan karakter inovatif guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang aktif,interaktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Proses difusi inovasi dalam dunia pendidikan memerlukan waktu untuk menjadikan sebuah inovasi menjadi sesuatu yang rutinitas atau sudah tidak merupakan hal yang baru lagi
3. KTSP sangat leluasa memberikan kesempatan kepada guru untuk menerapkan berbagai gaya dan kreativitasnya dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Everes Roger m., Diffusion of innovations, Fourth Edition, New York, 1983
Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Pustekkom
Diknas. 2004
Sa’ud, Udin Saefudin. Inovasi Pendidikan. Alfabeta. Bandung. 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar